LAPORAN
PRAKTIKUM
KESETIMBANGAN
DAN DINAMIKA KIMIA
KINETIKA
REAKSI ION PERMANGANAT DENGAN ASAM OKSALAT
LABORATORIUM
KIMIA
JURUSAN
KIMIA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN
KALI JAGA YOGYAKARTA
TAHUN
2011/2012
BAB
1. Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Banyak reaksi – reaksi kimia yang
berada di sekitar lingkungan kita. Misalnya saja pembakaran pada bensin. Kita
tidak mengerti mengapa pada saat bensin dibakar lebih cepat habis dari pada
pembakaran pada minyak tanah. Sering kali kita menjumpai reaksi yang
berlangsung lambat misalnya, perkaratan besi.
Reaksi-reaksi kimia berlangsung
dengan laju yang berbeda-beda. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat
misalnya reaksi penetralan antara larutan asam klorida dan larutan natrium
hidroksida. Reaksi-reaksi yang menyangkut proses geologi berlangsung sangat
lambat misalnya pelapukan kimia yang di alami batu karang yang di sebabkan oleh
pengaruh air dan gas-gas yang terdapat di atmosfer.
Percobaan ini kita akan mengetahui
laju reaksi yang di peroleh dari eksperimen. Kita akan menentukan tingkat
reaksi MnO4- dengan H2C2O4.
Ion permangat akan erlangsung lambat bila di reaksikan dengan asam oksalat pada
suhu kamar. Dengan demikian maka laju reaksinya dapat di amati.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan tingkat
reaksi MnO4- dengan H2C2O4 ?
BAB
2. Tinjauan Pustaka
2.1
MSDS
2.1.1
KMnO4
Kalium permanganat merupakan senyawa kimia anorganik dengan rumus KmnO4. Garam yang terdiri dari K+ dan MnO4- ion. Kalium permanganat terurai saat terkena sinar:
2 KMnO4(s) → K2MnO4(s)
+ MnO2(s) + O2(g)
Sifat sisik dan kimia:
- Penampilan: Ungu-perunggu kristal.
- Bau: Tidak berbau.
- Kelarutan: 7 g dalam 100 g air.
- Density: 2.7
- Vapor Density (Air = 1): 5.40
- Stabilitas:
Stabil di bawah kondisi biasa penggunaan dan penyimpanan.
Berbahaya Dekomposisi Produk: asap logam beracun mungkin terbentuk ketika dipanaskan untuk dekomposisi.
·
Berbahaya Polime
- risasi: akan terjadi.
- Tidak kompatibel: Bubuk logam, alkohol, arsenites, bromida, iodida, fosfor, asam sulfat, senyawa organik, sulfur, karbon aktif, hidrida, hidrogen peroksida yang kuat, garam besi atau mercurous, hipofosfit, hyposulfites, sulfida, peroksida, dan oksalat.
- hindari kondisi : Panas, sumber api pengapian, dan incompatibles.
Efek kesehatan :
- Inhalasi : Menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Gejala dapat termasuk batuk, sesak napas. Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan edema paru.
- Tertelan : Mengkonsumsi konsentrasi padat atau tinggi menyebabkan penderitaan berat sistem gastro-intestinal dengan luka bakar mungkin dan edema, pulsa lambat; shock dengan jatuhnya tekanan darah. Menelan konsentrasi sampai 1% menyebabkan pembakaran mual, tenggorokan, muntah, dan nyeri perut; 2-3% menyebabkan anemia dan pembengkakan pada tenggorokan dengan lemas mungkin; 4-5% dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
- Kontak kulit : kristal kering dan solusi terkonsentrasi adalah kaustik menyebabkan kemerahan, nyeri, luka bakar, noda coklat di daerah kontak dan kemungkinan pengerasan lapisan kulit luar
- Kontak mata : Kontak mata dengan kristal (debu) dan solusi terkonsentrasi menyebabkan iritasi parah, kemerahan, penglihatan kabur dan dapat menyebabkan kerusakan parah, mungkin permanen
- Eksposur kronis : kontak kulit berkepanjangan dapat menyebabkan iritasi, defatting, dan dermatitis, mangan keracunan kronis dapat hasil dari paparan inhalasi debu yang berlebihan untuk mangan dan melibatkan penurunan sistem saraf pusat.
(Anonim, 2011).
2.1.2
H2CO4
Asam oksalat merupakan senyawa kimia
yang memiliki rumus H2C2O4,
- Nama sistematis asam etanadioat.
- Rumus kimia : HOOC-COOH..
- Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat.
- Anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor..
- Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
- Asam oksalat berupa Kristal putih.
- Massa molar 90.03 g/mol (anhidrat) dan 126.07 g/mol (dihidrat).
- Kepadatan dalam fase 1,90 g/cm³ (anhidrat) dan 1.653 g/cm³ (dihidrat).
- Mempunyai kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL (15°C) 14,3 g /100 mL (25°C?) 120 g/100 mL (100°C)
- Mempunyai titk didih 101-102°C (dihidrat).
(Anonim, 2011).
2.1.3
Aquades
- Rumus kimia H2O.
- Berbentuk cair.
- Tidak berwarna.
- Tidak berbau.
- Tidak mempunyai rasa.
- Titik didih 100°C.
- Titk beku 0°C.
- Bentuk alottropnya adalah es (padat), dan uap (gas).
- Elektrolit lemah.
- Terionisasi menjadi H3O+ dan OH-.
Air dihasilkan dari pengoksidan
hydrogen dan banyak digunakan sebagai pelarut bagi kebanyakan senyawa dan
sumber listrik (Pringgo Digdo, 1999).
2.2
Kinetika reaksi ion permanganate dengan asam oksalat
Laju keseluruhan dari suatu reaksi
kimia pada umumnya bertambah jika konsentrasi satu pereaksi atau lebih
dinaikkan. Hubungan antara laju dan konsentrasi dapat diperoleh dai data
eksperimen.
Untuk reaksi,
aA
+
bB
Produk
dapat diperoleh bahwa laju reaksi
dapat berbanding lurus dengan [A]x dan [B]y
ungkapkan
:
Laju = [A]x [B]y
disebut hukum laju atau persamaan
laju, dengan k adalah tetapan laju x dan y merupakan bilangan bulat, pecahan
atau nol.
Reaksi adalah orde ke x terhadap A,
orde ke y terhadap B, dan (a+y) dalah orde reaksi keseluruhan (Hiskia,1992 :
161).
Laju reaksi suatu reaksi kimia
dinyatakan sebagai fungsi konsentrasi zat – zat pereaksi yang berperan serta
dalam reaksi tersebut.
Mekanisme reaksi
merupakan factor yang sangat berperan pada penetuan tingkat reaksi suatu reaksi
kimia. Mekanisme ini tiidak dapat ditentukan hanya dengan meninjau saja,
melainkan harus ditentukan secara experimental. Oleh karena itu tingkat reaksi
suatu reaksi kimia harus ditentukan percobaan (Hiskia,1992 : 161).
Dalam percobaab kali ini akan
ditentukan tingkat reaksi :
5C2O42-
(L) + 2MnO4-
(L) + 16 H+
10CO2 (L) +8H2O(L) + 2Mn2+
Jika reaksi ini merupakan reaksi
tingkat m terhadap H2C2O4 dan tingkat n
tehadap KMnO4, maka laju reaksi dinyatakan dalam persamaan:
R = K [H2C2O4]m
[KMnO4]n
Andaikan suatu reaksi mempunyai
tingkat reaksi n terhadap suatu zat pereaksi, maka laju pereaksinya akan
sebanding dengan konsentrasi n dan berbanmding terbalik dengan waktu (t).
r∞ Cn
r∞ 1/t
dimana
C = konsentrasi
n = tingkat reaksi
t = Waktu
(Tim Kimia Fisik, 2011:11).
Kecepatan reaksi adalah kecepatan
perubahan konsentrasi pereaksi terhadap waktu,
jadi -dc/dt. Tanda minus menunjukkan bahwa
konsentrasi berkurang bila waktu bertambah (Tim Kimia Fisik, 2011:11).
Menurut hukum kegiatan massa,
kecepatan reaksi pada temperature tetap, berbanding lurus dengan konsentrasi
pengikut – pengikut ketiga dan masing – masing berpangkat sebanyak molekul
dalam persamaan reaksi (Sukardjo, 1989 : 324-325).
Jumlah molekul pereaksi yang ikut
dalam reaksi disebut Molekul Aritas. Jumlah molekul pereaksi yang
konsentrasinya menentukan kecepatan reaksi, disebut tingkat reaksi.
Molekularitas dan tingkat reaksi tidak selalu sama. Sebab tingkat reaksi
tergantung dari mekanisme reaksinya. Di samping itu juga perlu diketahui bahwa
molekularitas selalu merupakan bilangan bulat. Sedangkan tingkat reaksi dapat
pecahan bahkan nol (Sukardjo, 1989 : 324-325).
Adapun faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya laju reaksi adalah sebagai berikut:
- Sifat Pereaksi
Salah satu factor penentu laju
reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan ada juga yang kurang
reaktif. Misalnya saja bensin lebih cepat terbakar daripada minyak tanah.
Demikian juga logam Natrium bereaksi cepat dengan air. Sedangkan logam
magnesium lambat.
- Konsentrasi Pereaksi
Dua molekul yang akan bereaksi harus
bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti
kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan terjadinya tabrakan
antar molekul sehingga akan mempercepat jalannya reaksi. Akan tetapi harus
bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi meningkatkan laju reaksi.
Karena laju reaksi juga dipengaruhi oelh factor lain yang akan diterangkan pada
pasal.
- Suhu
Hamper semua reaksi menjadi lebih
cepat apabila terjadi peningkatan suhu, karena kalor yang diberikan akan
menambah energy kinetic partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan energy tabrakan
bertambah besar.
- Katalis
Laju suatu reaksi dapat ( umumnya
dipercepat) dengan menambahkan zat yang disebut Katalis. Katalis sangat
diperlukan dalam reaksi zat organic, termasuk dalam organism. Katalis dalam
organism disebut enzim yang dapat mempercepat proses terjadinya reaksi di dalam
tubuh (Syukri,1999:468-469).
BAB
3 Metodologi Percobaan
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat yang digunakan adalah:
- Erlenmeyer
- Buret
- Botol semprot
- Pipet tetes
3.1.2. Bahan yang digunakan adalah:
- Larutan 0.1 N KMnO4
- Larutan 0.7 N H2C4O4
- Aquades
|
3.2 Skema kerja
- Masing-masing dimasukkan dalam buret 1, buret 2, dan buret 3
- Isi erlermeyer dengan larutan H2C4O4 dan larutan KMnO4 reaksikan dengan :
- Erlenmeyer 1 : 10 ml H2CO4, 2 ml KMnO4,12 ml H2O
- Erlenmeyer 2 : 20 ml H2CO4, 2 ml KMnO4,2 ml H2O
- Erlenmeyer 3 : 10 ml H2CO4, 4 ml KMnO4,10 ml H2O
|
Dicatat waktunya mulai dari
penambahan KMnO4 sampai hilangnya warna ungu dalam erlenmeyer.
Diulang percobaan diatas sebanyak 3 kali
BAB
4 Hasil dan Pembahasan
4.1
Hasil
Percobaan
pada Erlenmeyer
|
Asam
oksalat
|
Kalium
permanganat
|
Waktu
|
|||
ml
|
M
|
ml
|
M
|
Menit
|
Rata-rata
(menit)
|
|
1
|
5
ml
|
0,7
N
|
1
ml
|
0,1
N
|
20,30
|
21,31
|
5
ml
|
0,7
N
|
1
ml
|
0,1
N
|
20,35
|
||
5
ml
|
0,7
N
|
1
ml
|
0,1
N
|
22,08
|
||
2
|
10
ml
|
0,7
N
|
1
ml
|
0,1
N
|
18,24
|
18,32
|
10
ml
|
0,7
N
|
1
ml
|
0,1
N
|
18,07
|
||
10
ml
|
0,7
N
|
1
ml
|
0,1
N
|
17,15
|
||
3
|
5
ml
|
0,7
N
|
2
ml
|
0,1
N
|
15,27
|
16,38
|
5
ml
|
0,7
N
|
2
ml
|
0,1
N
|
16,15
|
||
5
ml
|
0,7
N
|
2
ml
|
0,1
N
|
16,53
|
4.2
Pembahasan
Percobaan ini dilakukan dengan bahan
asam oksalat, aquades dan kalium permanganat. Asam oksalat terlebih dahulu
dicampur dengan aquades hingga homogen sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pencampuran ketika penambahan
kalium permanganat. Ketika larutan yang sudah homogen tadi dicampurkan dengan
kalium permanganat warna berubah menjadi ungu setelah itu erlenmayer
digoyang-goyangkan agar terjadi perubahan dan tidak terjadinya endapan. Setelah
selang beberapa menit terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning dan lama
kelamaan berubah menjadi jernih.
4.2.1 Reaksi pada
percobaan
5H2C2O4(aq)
+ 2KMnO4(l)
10CO2(g)
+ 5H2O(l) + 2MnO(s) + 2K+(aq)
Ketika asam oksalat ditambahkan
dengan KMnO4 terdapat gelembung-gelembung udara. Galembung-gelembung
tersebut adalah gas CO2 (karbon dioksida) yang diahasilkan dari
reaksi kalium permanganat (KMnO4) dengan asam oksalat (H2C2O4).
Kalium permanganat (KMnO4)
yang semula berwarna ungu menjadi jernih setelah ditambahkan dengan asam
oksalat dan didiamkan dalam rentang waktu beberapa menit. Hal ini disebabkan
karena kalium permanganat (KMnO4) mengoksidasi asam oksalat menjadi
CO2 (karbon dioksida) dan H2O (air), sehingga yang semula
kalium permanganat (KMnO4) berwarna ungu dengan asam oksalat maka
setelah terjadi reaksi warnanya berubah menjadi jernih yang mana adalah H2O
(air) dan CO2 (karbon dioksida).
4.2.2 Penentu laju
reaksi serta fungsi kalium permanganat (KMnO4)
Kalium permanganat berperan sebagai
penentu reaksi dalam percobaan. Hal ini terjadi karena kalium permanganat
berfungsi sebagai zat pengoksidasi kuat yang dapat mengoksidasi asam oksalat menjadi
CO2 dan H2O. Penambahan kalium permanganat (KMnO4)
menyebabkan terjadinya reaksi yang disertai dengan meningkatnya suhu, hal ini
menunjukkan bahwa reaksinya bersifat eksoterm (melepas panas dari system ke
lingkungan), dan panas yang dihasilkan pada reaksi tersebut berbanding lurus
dengan volume kalium permanganat (KMnO4) yang ditambahkan. Semakin
banyak volume kalium permangantnya maka semakin tinggi pula suhu, begitu juga
sebaliknya.
4.2.3 Pengaruh
faktor penentu laju reaksi terhadap percobaan
- Sifat pereaksi
Sifat pereaksinya, ada yang reaktif
dan ada juga yang kurang reaktif. Sifat dari KMnO4 sendiri adalah
reaktif, sehingga mudah bereaksi dengan H2C2O4.
- Konsentrasi pereaksi
Jika konsentrasi pereaksi
diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan
tabrakan partikel-partikel penyusun molekul sehingga akan mempercepat reaksi.
Hal ini di buktikan dengan semakin kecil selisih jumlah larutan KMnO4
dengan H2C2O4 maka waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi semakin cepat.
- Pengaruh suhu
Percobaan kali ini tidak dilakukan
variasi suhu, sehingga tidak dapat dibuktikan apakah perbedaan suhu
mempengaruhi laju reaksi. Tetapi pada literature dijelaskan bahwa Semakin
tinggi suhu maka semakin cepat terjadinya suatu reaksi, begitu juga sebaliknya.
- Pengaruh zat lain yang disebut katalis
Percobaan kali ini MnO4-
dan KMnO4 bersifat katalis sehingga sebagai katalis warna campuran
bening atau kuning. MnO4- merupakan oksidator yang
digunakan untuk bereaksi dengan reduktor H2C2O4
dalam suasana asam. Reaksi antara KMnO4 dengan asam oksalat dapat
dikatakan sebagai autokatalisator karena ion Mn2+ yang
terbentuk sebagai katalis. Kemudian reaksi ini tidak perlu indikator secara
khusus untuk menentukan titik ekuivalen karena laju ditentukan dari perubahan
warna proses tersebut. Berdasarkan penjelasan dari literatur katalis dapat
mempercepat terjadinya reaksi namun katalis tidak ikut bereaksi. Artinya,
katalis akan dihasilkan kembali setelah terjadinya reaksi.
4.2.4 Hubungan
konsentrasi dengan laju reaksi
Menurut literatur, apabila [A] dan
[B] keduanya diperbesar 2x, tampak jumlah partikel A dan B dalam volum tertentu
menjadi lebih banyak 2x, jumlah tumbukan efektif juga bertambah, maka laju
reaksi makin besar, atau reaksi berlangsung makin cepat. Jika salah satu dari A
atau B yang konsentrasinya diperbesar, tentu reaksi juga makin cepat, dengan
kata lain karena partikel zat terlarut bertambah, maka jumlah tumbukan efektif
antara partikel zat terlarut dengan partikel zat padat pada permukaan makin
bertambah, sehingga reaksi makin cepat. Karena persamaan laju reaksi
didefinisikan dalam bentuk konsentrasi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi
maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka
semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan
bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.
Setiap perlakuan membutuhkan waktu
yang berbeda-beda untuk bereaksi, pada erlenmayer yang pertama yaitu selama
28,4 menit; untuk erlenmeyer kedua waktu yang diperlukan adalah 18,32 menit;
untuk erlenmeyer ketiga waktu yang diperlukan adalah 16,38 menit. Hal ini
disebabkan oleh KMnO4 yang merupakan pereaksi yang ada pada
erlenmeyer 1 < erlenmeyer 2 < erlenmeyer 3. Dari hasil percobaan terlihat
adanya pengaruh besar konsentrasi terhadap kecepatan reaksi. Semakin besar
konsentrasi suatu pereaksi, maka kecepatan reaksinya juga semakin besar (reaksi
berlangsung lebih cepat). Sesuai dengan pernyataan umum bahwa sebagian besar
laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaktan, sehingga dengan
konsentrasi pereaksi yang lebih besar reaksi juga akan berlangsung lebih cepat.
4.2.5 Penentuan
laju reaksi
Berdasarkan gambaran grafik yang
diperoleh adalah nilai R2 untuk [KMnO4] adalah sebesar 0,7153; [KMnO4]2
adalah sebesar 0,5661. Sehingga orde reaksi terhadap oksalat adalah tingkat
orde reaksi 1 (tingkat orde reaksi adalah nilai R2 yang paling mendekati
1).Berdasarkan hasil perhitungan orde yang diperoleh pada percobaan ini adalah
1,55.
BAB
5 Penutup
3.1
Kesimpulan
1. KMnO4
sebagai penentu laju reaksi yang dapat mengoksidasi H2C2O4
2. Besarnya konsentrasi
pereaksi berbanding lurus dengan kecepatan laju reaksi.
3. Orde reaksinya adalah
1,55
3.2
Saran
- Seharusnya praktikan menguasai materi praktikum sebelum melakukan percobaan.
- Ketelitian dan kecermatan sangat berpengaruh terhadap hasil pengamatan.
- Kebersihan alat menjadi faktor penting dalam mendapatkan data yang lebih akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Asam Oksalat. http://id.wikipedia.org.wiki/Asam_oksalat,
diakses Maret 2011.
Anonim. 2010. Aquades. http://id.wikipedia.org.wiki/Aquades,
diakses Maret 2011.
Anonim. 2011.Kalium Permanganat.
http://id.wikipedia.org.wiki/Asam_oksalat, diakses Maret 2011.
Hiskia, A dan Tupamalu. 1992.
Elektrokimia dan Kinetika Kimia. ITB, Bandung.
Pringgo, Digdo.1999. Kamus kimia.Jakarta:pt
rineka cipta
Syukri S, 1999. Kimia Dasar 2. ITB,
Bandung. hal 71-83.
Tim penyusun. 2011. Penuntun
Praktikum Kesetimbangan dan Dinamika Kimia. Jember : FMIPA
Universitas Jember
0 komentar:
Posting Komentar