KESETIMBANGAN
FASA DUA KOMPONEN
A.Tujuan
Menggambarkan
fasa dua komponen cair-cair, Menentukan titik kelarutan kritis pada
kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair dan Menentukan fasa komponen dan
derajat kebebasan suatu sistem kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair
B.Dasar
Teori
Kata fasa berasal dari
bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase
(P) adalah keadaan materi yang
seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya melainkan
juga dalam keadaan fisiknya. Sedangkan komponen
(C) adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut
dalam larutan biner.
1. Fasa
Fasa adalah bagian yang serba sama dari suatu
sisitem, yang dapat dipisahkan secara mekanik , serbasama dalam hal komposisi
kimia dan sifat-sifat fisika. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama disemua
bagian dalam uap tersebut. Dalam fasa cair kerapatannya serbasama disemua
bagian dalam cair tersebut, tetapi nilai kerapatannya berbeda dengan di fasa
uap. Contoh nya air yang berisi pecahan-pecahan es merupakan suatu sistem yang
terdiri atas dua fasa yang berwujud padat (es) dan fasa yang berwujud cair
(air) (Atkins,1999)
Sistem yang hanya terdiri atas campuran
wujud gas saja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan sebab gas selalu
bercampur secara homogen. Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud
cairan-cairan pada kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih tergantung
pada kelarutannya (Atkins,1999)
2. Komponen
Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan
jumlah minimum dari spesi yang secara kimia independen yang diperlukan untuk
menyatakan komposisi setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk
menentukan jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi kimia
dalam system dikurangi dengan jumlah-jumlah reaksi kesetimbangan yang berbeda
yang dapat terjadi antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut. Contoh
komponen
reaksi diatas dapat dihitung dengan menggunakan rumus
C = S – R = 3 – 1 = 2 (Rohman,2004)
3. Derajat Kebebasan
Dalam membicarakan kesetimbangan fasa,
kita tidak akan meninjau variabel ekstensif yang bergantung pada massa dari
setiap fasa tetapi meninjau variabel-variabel intensif seperti suhu, tekanan,
dan komposisi (fraksi mol). Jumlah variabel intensif independen yang diperlukan
untuk menyatakan keadaan suatu system disebut derajat kebebasan dari sistem
tersebut (Atkins,1999)
4. Sistem Dua Komponen Cair-Cair
Dua cairan dikatakan misibel sebagian
jika A larut dalam jumlah yang terbatas, dan demikian pula dengan B, larut
dalam A dalam jumlah yang terbatas. Bentuk yang paling umum dari diagram fasa
T-X cair-cair pada tekanan tetap, biasanya 1 atm (seperti gambar diatas).
Diagram diatas dapat diperoleh secara eksperimen dengan menambahkan suatu zat
cair ke dalam cairan murni lain pada tekanan tertentu dengan variasi suhu (Atkins,1999)
Cairan B murni yang secara bertahap
ditambahkan sedikit demi sedikit cairan A pada suhu tetap (T1).
Sistem dimulai dari titik C (murni zat B) dan bergerak kea rah kanan secara
horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari titik C ke titik D diperoleh
satu fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam B). Di titik D diperoleh
kelarutan maksimum cairan A dalam cairan B pada suhu T1. (Rohman,2004)
Penambahan A selanjutnya akan
menghasilkan sistem dua fasa (dua lapisan), yaitu lapisan pertama (L1)
larutan jenuh A dalam B dengan komposisi XA,1 dan lapisan kedua (L2)
larutan jenuh B dalam A dengan komposisi XA,2. Kedua
lapisan ini disebut sebagai lapisan konyugat ( terdapat bersama-sama di daerah
antara D dan F). Komposisi keseluruhan ada diantara titik D dan F. Di
titik E komposisi keseluruhan adalah XA,3. Jumlah
relatif kedua fasa dalam kesetimbangan ditentukan dengan aturan lever. Di
titik E lapisan pertama lebih banyak dari lapisan kedua. Penambahan A
selanjutnya akan mengubah komposisi keseluruhan semakain ke kanan, sementara
komposisi kedua lapisan akan tetap XA,1 dan XA,2 (Rohman,2004)
Perbedaan
yang terjadi akibat penambahan A secara terus menerus terletak pada jumlah
relative lapisan pertama dan kedua. Semakin ke kanan jumlah relative lapisan
pertama akan berkurang sedangkan lapisan kedua akan bertambah. Di titik F
cairan A yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua B dalam A membentuk
larutan jenuh B dalam A. Dengan demikian sistem di F menjadi satu fasa. Dari F
ke G, penambahan A hanya merupakan pengenceran larutan B dalam A. Untuk
mencapai titik G di perlukan penambahan jumlah A yang tak terhingga banyaknya
atau dengan melakukan percobaan mulai dari zat A murni yang kemudian di tambah
zat B sedikit demi sedikit sampai di capai titik F dan seterusnya (Rohman,2004)
Jika percobaan
dilakukan pada suhu tinggi akan di peroleh batas kelarutan yang berbeda. Semakin
tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama lain meningkat,
sehingga daerah fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan pada akhirnya bertemu
disuatu titik pada suhu konsolut atas, atau disebut juga suhu kelarutan kritis
(Tc). Di atas titik Tc cairan saling melarut sempurna
dalam berbagai komposisi (Atkins,1999)
C.Alat dan Bahan
1.Alat
Dalam percobaan ini alat-alat yang
di gunakan di antaranya: Tabung reaksi besar,Gelas beker 250 mL
Hot plate Gelas ukur 10 mL dan Gelas arloji
2.Bahan
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah Fenol
Akuades dan NaCl
D.Cara Kerja
Di Timbang 2
gram fenol masukkan dalam tabung reaksi besar kemudian diambahkan 1 mL akuadest
dan aduk hingga larut,diasukkan dalam air dalam beker glas dan
dipanaskan,dicatat suhu dimana fenol menjadi bening.didinginkan kembali dan
ulangi percobaan dengan penambahan 1 mL akuadets
Dilakukan percobaan lagi seperti langkah sebeleumnya
dengan penambahan 2 gram NaCl
Kemudian dicatat suhu pada saat fenol menjadi bening.
E.Data Pengamatan
Dari hasil pengamatan dapat di
sajikan sebagai berikut :
1.Fenol + Air
Fenol
|
Air
|
Mol
Total
|
Fraksi
Mol Fenol
|
Temp
Larut
|
|||
Gram
|
Mol
|
ml
|
Gram
|
Mol
|
|||
2
|
0.021231
|
17
|
16.949
|
0.936409
|
0.95764
|
0.022170562
|
49
|
2
|
0.021231
|
15
|
14.955
|
0.826243
|
0.847475
|
0.025052579
|
53
|
2
|
0.021231
|
13
|
12.961
|
0.716077
|
0.737309
|
0.028795836
|
58
|
2
|
0.021231
|
11
|
10.967
|
0.605912
|
0.627143
|
0.033854195
|
62
|
2
|
0.021231
|
9
|
8.973
|
0.495746
|
0.516977
|
0.041068386
|
69
|
2
|
0.021231
|
7
|
6.979
|
0.38558
|
0.406812
|
0.052189824
|
73
|
2
|
0.021231
|
5
|
4.985
|
0.275414
|
0.296646
|
0.07157163
|
77
|
2
|
0.021231
|
3
|
2.991
|
0.165249
|
0.18648
|
0.113853592
|
71
|
2
|
0.021231
|
1
|
0.997
|
0.055083
|
0.076314
|
0.278210293
|
44
|
2.Fenol + Air + NaCl
Fenol
|
Air
|
NaCl
|
Mol
Total
|
Fraksi
Mol Fenol
|
Temp
Larut
|
||||
Gram
|
Mol
|
ml
|
Gram
|
Mol
|
Gram
|
Mol
|
|||
2
|
0.021231
|
17
|
16.949
|
0.936409
|
0.05
|
0.000854701
|
0.958495
|
0.022150792
|
50
|
2
|
0.021231
|
15
|
14.955
|
0.826243
|
0.05
|
0.000854701
|
0.848329
|
0.025027339
|
55
|
2
|
0.021231
|
13
|
12.961
|
0.716077
|
0.05
|
0.000854701
|
0.738163
|
0.028762494
|
65
|
2
|
0.021231
|
11
|
10.967
|
0.605912
|
0.05
|
0.000854701
|
0.627998
|
0.03380812
|
71
|
2
|
0.021231
|
9
|
8.973
|
0.495746
|
0.05
|
0.000854701
|
0.517832
|
0.041000601
|
85
|
2
|
0.021231
|
7
|
6.979
|
0.38558
|
0.05
|
0.000854701
|
0.407666
|
0.052080405
|
89
|
2
|
0.021231
|
5
|
4.985
|
0.275414
|
0.05
|
0.000854701
|
0.2975
|
0.071366009
|
98
|
2
|
0.021231
|
3
|
2.991
|
0.165249
|
0.05
|
0.000854701
|
0.187335
|
0.113334143
|
105
|
2
|
0.021231
|
1
|
0.997
|
0.055083
|
0.05
|
0.000854701
|
0.077169
|
0.275128919
|
110
|
3.Temperatur larut tanpa NaCl Vs
penambahan NaCl
Fraksi
Mol Fenol
|
Temp
Larut Tanpa NaCl
|
Temp
Larut + NaCl
|
|
0.022171
|
49
|
50
|
|
0.025053
|
53
|
55
|
|
0.028796
|
58
|
65
|
|
0.033854
|
62
|
71
|
|
0.041068
|
69
|
85
|
|
0.05219
|
73
|
89
|
|
0.071572
|
77
|
98
|
|
0.113854
|
71
|
105
|
|
0.27821
|
44
|
110
|
F.Pembahasan
Percobaan
yang berjudul Kesetimbangan Fasa Dua Komponen ini mempunyai tujuan
Menggambarkan fasa dua komponen cair-cair, Menentukan titik kelarutan kritis
pada kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair dan Menentukan fasa
komponen dan derajat kebebasan suatu sistem kesetimbangan fasa dua komponen
fasa cair-cair. Prinsip kerja dari percobaan ini adalah mengetahui titik kritis
suatu larutan dengan melihat kurva kelarutan.Dalam percobaan ini dilakukan dua
variasi perlakuan yaitu mencampurkan fenol dengan air dan mencampurkan fenol
dengan air ditambah NaCl.
Langkah
pertama air dan fenol dicampurkan, diperoleh dua lapisan didalamnya, lapisan
atas adalah air dan lapisan bawah adalah fenol. Hal ini disebabkan karena air
memiliki massa jenis yang lebih rendah dari fenol. Namun campuran dapat
tercampur sesaat setelah diaduk dengan menjadi sedikit keruh. Dua cairan ini
dikatakan misible sebagian karena fenol larut dalam air dalam jumlah yang
terbatas dan sebaliknya.Namun saat didinginkan campuran fenol dan air keruh
karena kembali dalam keadaan dua fasa.
Semakin
tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama lain meningkat, hal ini
ditandai dengan dengan kelarutan yang berubah dari keruh menjadi bening. Ini
menandakan bahwa fasenya berubah dari dua menjadi satu dan kelarutan antara
fenol dan air meningkat sehingga bercampur menjadi satu menyebabkan warna
larutan yang semula keruh menjadi bening. Namun ketika suhu mencapai 77˚C larutan
berhenti untuk berubah, ini menandakan bahwa larutan telah mencaipai titik
kritis dan tidak akan berubah kembali. Setelah mencapai titik kritis larutan
akan berubah ketika suhu yang digunakan diturunkan.
Pada
perlakuan yang kedua yaitu campuran fenol dengan air di tambah dengan
NaCl,kelarutan kedua larutan ini menurun ketika di tambahkan dengan NaCl dan
membutuhkan suhu yang tinggi untuk mencapai keadaan satu fasa yaitu larutan
berwarna bening yang sebelumnya berwarna keruh.pada perlakuan ini tidak di temukan
titik kritisnya karena suhu yang di butuhkan untuk mencapai keadaan satu fasa
sangatlah tinggi.bisa di lihat dari kurva bahwa semakin besar fraksi mol nya maka
semakin meningkat suhu nya .
G.Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa campuran fenol dan air dapat larut sempurna dan menjadi
satu fasa ketika dipanaskan dan mencapai suhu maksimumnya di masing-masing
komposisi. Sedangkan apabila didinginkan campuran berada dalam keadaan dua
fasa.Titik kritis pada kesetimbangan fasa dua komponen pada perlakuan yang
pertama adalah pada suhu 770 C sedangkan pada perlakuan yang kedua
tidak di dapatkan titik kritisnya
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W.
1999. Kimia Fisika Jilid I Edisi keempat. Jakarta: Erlangga
Rohman, Ijang
dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika 1.
Jakarta: JICA.
Tim Kimia Fisika I. 2007. Kesetimbangan Fasa (LKM 1, 2, 3). Surabaya : Jurusan Kimia
KESETIMBANGAN
FASA DUA KOMPONEN
A.Tujuan
Menggambarkan
fasa dua komponen cair-cair, Menentukan titik kelarutan kritis pada
kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair dan Menentukan fasa komponen dan
derajat kebebasan suatu sistem kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair
B.Dasar
Teori
Kata fasa berasal dari
bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase
(P) adalah keadaan materi yang
seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya melainkan
juga dalam keadaan fisiknya. Sedangkan komponen
(C) adalah spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut dan pelarut
dalam larutan biner.
1. Fasa
Fasa adalah bagian yang serba sama dari suatu
sisitem, yang dapat dipisahkan secara mekanik , serbasama dalam hal komposisi
kimia dan sifat-sifat fisika. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama disemua
bagian dalam uap tersebut. Dalam fasa cair kerapatannya serbasama disemua
bagian dalam cair tersebut, tetapi nilai kerapatannya berbeda dengan di fasa
uap. Contoh nya air yang berisi pecahan-pecahan es merupakan suatu sistem yang
terdiri atas dua fasa yang berwujud padat (es) dan fasa yang berwujud cair
(air) (Atkins,1999)
Sistem yang hanya terdiri atas campuran
wujud gas saja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan sebab gas selalu
bercampur secara homogen. Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud
cairan-cairan pada kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih tergantung
pada kelarutannya (Atkins,1999)
2. Komponen
Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan
jumlah minimum dari spesi yang secara kimia independen yang diperlukan untuk
menyatakan komposisi setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk
menentukan jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi kimia
dalam system dikurangi dengan jumlah-jumlah reaksi kesetimbangan yang berbeda
yang dapat terjadi antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut. Contoh
komponen
reaksi diatas dapat dihitung dengan menggunakan rumus
C = S – R = 3 – 1 = 2 (Rohman,2004)
3. Derajat Kebebasan
Dalam membicarakan kesetimbangan fasa,
kita tidak akan meninjau variabel ekstensif yang bergantung pada massa dari
setiap fasa tetapi meninjau variabel-variabel intensif seperti suhu, tekanan,
dan komposisi (fraksi mol). Jumlah variabel intensif independen yang diperlukan
untuk menyatakan keadaan suatu system disebut derajat kebebasan dari sistem
tersebut (Atkins,1999)
4. Sistem Dua Komponen Cair-Cair
Dua cairan dikatakan misibel sebagian
jika A larut dalam jumlah yang terbatas, dan demikian pula dengan B, larut
dalam A dalam jumlah yang terbatas. Bentuk yang paling umum dari diagram fasa
T-X cair-cair pada tekanan tetap, biasanya 1 atm (seperti gambar diatas).
Diagram diatas dapat diperoleh secara eksperimen dengan menambahkan suatu zat
cair ke dalam cairan murni lain pada tekanan tertentu dengan variasi suhu (Atkins,1999)
Cairan B murni yang secara bertahap
ditambahkan sedikit demi sedikit cairan A pada suhu tetap (T1).
Sistem dimulai dari titik C (murni zat B) dan bergerak kea rah kanan secara
horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari titik C ke titik D diperoleh
satu fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam B). Di titik D diperoleh
kelarutan maksimum cairan A dalam cairan B pada suhu T1. (Rohman,2004)
Penambahan A selanjutnya akan
menghasilkan sistem dua fasa (dua lapisan), yaitu lapisan pertama (L1)
larutan jenuh A dalam B dengan komposisi XA,1 dan lapisan kedua (L2)
larutan jenuh B dalam A dengan komposisi XA,2. Kedua
lapisan ini disebut sebagai lapisan konyugat ( terdapat bersama-sama di daerah
antara D dan F). Komposisi keseluruhan ada diantara titik D dan F. Di
titik E komposisi keseluruhan adalah XA,3. Jumlah
relatif kedua fasa dalam kesetimbangan ditentukan dengan aturan lever. Di
titik E lapisan pertama lebih banyak dari lapisan kedua. Penambahan A
selanjutnya akan mengubah komposisi keseluruhan semakain ke kanan, sementara
komposisi kedua lapisan akan tetap XA,1 dan XA,2 (Rohman,2004)
Perbedaan
yang terjadi akibat penambahan A secara terus menerus terletak pada jumlah
relative lapisan pertama dan kedua. Semakin ke kanan jumlah relative lapisan
pertama akan berkurang sedangkan lapisan kedua akan bertambah. Di titik F
cairan A yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua B dalam A membentuk
larutan jenuh B dalam A. Dengan demikian sistem di F menjadi satu fasa. Dari F
ke G, penambahan A hanya merupakan pengenceran larutan B dalam A. Untuk
mencapai titik G di perlukan penambahan jumlah A yang tak terhingga banyaknya
atau dengan melakukan percobaan mulai dari zat A murni yang kemudian di tambah
zat B sedikit demi sedikit sampai di capai titik F dan seterusnya (Rohman,2004)
Jika percobaan
dilakukan pada suhu tinggi akan di peroleh batas kelarutan yang berbeda. Semakin
tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama lain meningkat,
sehingga daerah fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan pada akhirnya bertemu
disuatu titik pada suhu konsolut atas, atau disebut juga suhu kelarutan kritis
(Tc). Di atas titik Tc cairan saling melarut sempurna
dalam berbagai komposisi (Atkins,1999)
C.Alat dan Bahan
1.Alat
Dalam percobaan ini alat-alat yang
di gunakan di antaranya: Tabung reaksi besar,Gelas beker 250 mL
Hot plate Gelas ukur 10 mL dan Gelas arloji
2.Bahan
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah Fenol
Akuades dan NaCl
D.Cara Kerja
Di Timbang 2
gram fenol masukkan dalam tabung reaksi besar kemudian diambahkan 1 mL akuadest
dan aduk hingga larut,diasukkan dalam air dalam beker glas dan
dipanaskan,dicatat suhu dimana fenol menjadi bening.didinginkan kembali dan
ulangi percobaan dengan penambahan 1 mL akuadets
Dilakukan percobaan lagi seperti langkah sebeleumnya
dengan penambahan 2 gram NaCl
Kemudian dicatat suhu pada saat fenol menjadi bening.
E.Data Pengamatan
Dari hasil pengamatan dapat di
sajikan sebagai berikut :
1.Fenol + Air
Fenol
|
Air
|
Mol
Total
|
Fraksi
Mol Fenol
|
Temp
Larut
|
|||
Gram
|
Mol
|
ml
|
Gram
|
Mol
|
|||
2
|
0.021231
|
17
|
16.949
|
0.936409
|
0.95764
|
0.022170562
|
49
|
2
|
0.021231
|
15
|
14.955
|
0.826243
|
0.847475
|
0.025052579
|
53
|
2
|
0.021231
|
13
|
12.961
|
0.716077
|
0.737309
|
0.028795836
|
58
|
2
|
0.021231
|
11
|
10.967
|
0.605912
|
0.627143
|
0.033854195
|
62
|
2
|
0.021231
|
9
|
8.973
|
0.495746
|
0.516977
|
0.041068386
|
69
|
2
|
0.021231
|
7
|
6.979
|
0.38558
|
0.406812
|
0.052189824
|
73
|
2
|
0.021231
|
5
|
4.985
|
0.275414
|
0.296646
|
0.07157163
|
77
|
2
|
0.021231
|
3
|
2.991
|
0.165249
|
0.18648
|
0.113853592
|
71
|
2
|
0.021231
|
1
|
0.997
|
0.055083
|
0.076314
|
0.278210293
|
44
|
2.Fenol + Air + NaCl
Fenol
|
Air
|
NaCl
|
Mol
Total
|
Fraksi
Mol Fenol
|
Temp
Larut
|
||||
Gram
|
Mol
|
ml
|
Gram
|
Mol
|
Gram
|
Mol
|
|||
2
|
0.021231
|
17
|
16.949
|
0.936409
|
0.05
|
0.000854701
|
0.958495
|
0.022150792
|
50
|
2
|
0.021231
|
15
|
14.955
|
0.826243
|
0.05
|
0.000854701
|
0.848329
|
0.025027339
|
55
|
2
|
0.021231
|
13
|
12.961
|
0.716077
|
0.05
|
0.000854701
|
0.738163
|
0.028762494
|
65
|
2
|
0.021231
|
11
|
10.967
|
0.605912
|
0.05
|
0.000854701
|
0.627998
|
0.03380812
|
71
|
2
|
0.021231
|
9
|
8.973
|
0.495746
|
0.05
|
0.000854701
|
0.517832
|
0.041000601
|
85
|
2
|
0.021231
|
7
|
6.979
|
0.38558
|
0.05
|
0.000854701
|
0.407666
|
0.052080405
|
89
|
2
|
0.021231
|
5
|
4.985
|
0.275414
|
0.05
|
0.000854701
|
0.2975
|
0.071366009
|
98
|
2
|
0.021231
|
3
|
2.991
|
0.165249
|
0.05
|
0.000854701
|
0.187335
|
0.113334143
|
105
|
2
|
0.021231
|
1
|
0.997
|
0.055083
|
0.05
|
0.000854701
|
0.077169
|
0.275128919
|
110
|
3.Temperatur larut tanpa NaCl Vs
penambahan NaCl
Fraksi
Mol Fenol
|
Temp
Larut Tanpa NaCl
|
Temp
Larut + NaCl
|
|
0.022171
|
49
|
50
|
|
0.025053
|
53
|
55
|
|
0.028796
|
58
|
65
|
|
0.033854
|
62
|
71
|
|
0.041068
|
69
|
85
|
|
0.05219
|
73
|
89
|
|
0.071572
|
77
|
98
|
|
0.113854
|
71
|
105
|
|
0.27821
|
44
|
110
|
F.Pembahasan
Percobaan
yang berjudul Kesetimbangan Fasa Dua Komponen ini mempunyai tujuan
Menggambarkan fasa dua komponen cair-cair, Menentukan titik kelarutan kritis
pada kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair dan Menentukan fasa
komponen dan derajat kebebasan suatu sistem kesetimbangan fasa dua komponen
fasa cair-cair. Prinsip kerja dari percobaan ini adalah mengetahui titik kritis
suatu larutan dengan melihat kurva kelarutan.Dalam percobaan ini dilakukan dua
variasi perlakuan yaitu mencampurkan fenol dengan air dan mencampurkan fenol
dengan air ditambah NaCl.
Langkah
pertama air dan fenol dicampurkan, diperoleh dua lapisan didalamnya, lapisan
atas adalah air dan lapisan bawah adalah fenol. Hal ini disebabkan karena air
memiliki massa jenis yang lebih rendah dari fenol. Namun campuran dapat
tercampur sesaat setelah diaduk dengan menjadi sedikit keruh. Dua cairan ini
dikatakan misible sebagian karena fenol larut dalam air dalam jumlah yang
terbatas dan sebaliknya.Namun saat didinginkan campuran fenol dan air keruh
karena kembali dalam keadaan dua fasa.
Semakin
tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama lain meningkat, hal ini
ditandai dengan dengan kelarutan yang berubah dari keruh menjadi bening. Ini
menandakan bahwa fasenya berubah dari dua menjadi satu dan kelarutan antara
fenol dan air meningkat sehingga bercampur menjadi satu menyebabkan warna
larutan yang semula keruh menjadi bening. Namun ketika suhu mencapai 77˚C larutan
berhenti untuk berubah, ini menandakan bahwa larutan telah mencaipai titik
kritis dan tidak akan berubah kembali. Setelah mencapai titik kritis larutan
akan berubah ketika suhu yang digunakan diturunkan.
Pada
perlakuan yang kedua yaitu campuran fenol dengan air di tambah dengan
NaCl,kelarutan kedua larutan ini menurun ketika di tambahkan dengan NaCl dan
membutuhkan suhu yang tinggi untuk mencapai keadaan satu fasa yaitu larutan
berwarna bening yang sebelumnya berwarna keruh.pada perlakuan ini tidak di temukan
titik kritisnya karena suhu yang di butuhkan untuk mencapai keadaan satu fasa
sangatlah tinggi.bisa di lihat dari kurva bahwa semakin besar fraksi mol nya maka
semakin meningkat suhu nya .
G.Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa campuran fenol dan air dapat larut sempurna dan menjadi
satu fasa ketika dipanaskan dan mencapai suhu maksimumnya di masing-masing
komposisi. Sedangkan apabila didinginkan campuran berada dalam keadaan dua
fasa.Titik kritis pada kesetimbangan fasa dua komponen pada perlakuan yang
pertama adalah pada suhu 770 C sedangkan pada perlakuan yang kedua
tidak di dapatkan titik kritisnya
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W.
1999. Kimia Fisika Jilid I Edisi keempat. Jakarta: Erlangga
Rohman, Ijang
dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika 1.
Jakarta: JICA.
Tim Kimia Fisika I. 2007. Kesetimbangan Fasa (LKM 1, 2, 3). Surabaya : Jurusan Kimia
0 komentar:
Posting Komentar