ISOTERM
ADSORPSI ZAT WARNA OLEH KARBON AKTIF
A.Tujuan
Menentukan model yang sesuai untuk
adsorpsi zat warna oleh karbon aktif dan menghitung kapasitansi adsorpsi oleh karbon aktif
B.Dasar Teori
Isoterm adsorpsi adalah hubungan
yang menunjukan distribusi adsorben antara fasa teradsorpsi pada permukaan
adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada suhu tertentu. Karbon aktif
merupakan senyawa karbon amorf dan berpori yang mengandung 85-95% karbon yang
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara, kulit kelapa dan
sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi
kimia maupun fisika untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas.(Atkins,1997)
Energi yang dihasilkan seperti
ikatan hidrogen dan gaya Van Der Waals menyebabkan bahan yang
teradsorpsi berkumpul pada permukaan penjerap. Bila reaksi dibalik, molekul
yang terjerap akan terus berkumpul pada permukaan karbon aktif sehingga jumlah
zat diruas kanan reaksi sama dengan jumlah zat pada ruas kiri. Apabila
kesetimbangan telah tercapai, maka proses adsorpsi telah selesai.Gas bebas dan gas teradsorpsi berada dalam
keseimbangan dinamika, dan penutupan terfraksi permukaan, bergantung pada
tekanan gas pelapis. Ketergantungan θ pada tekanandan temperatur tertentu,
disebut isoterm adsorpsi (Atkins, 1997).
Telah diketahui bahwa beberapa jenis arang dapat
menyerap sejumlah tertentu gas atau menyerap zat-zat warna dari larutan.
Peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain semacam ini disebut
adsorpsi. Zat yang diserap disebut fase terserap sedang zat yang menyerap
disebut adsorbens. Adsorben dapat berupa zat padat maupun zat cair, oleh karena
itu adsorpsi dapat terjadi antara zat padat dan zat cair, zat padat dan gas
atau gas dengan zat cair (Sukardjo, 1984).
Adsorpsi menggunakan istilah adsorban dan adsorben, dimana
adsorben adalah merupakan suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa
karbon, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media yang diserap. Pada air
buangan proses adsorbsi adalah merupakan gabungan antara adsorbsi secara fisika
dan kimia yang sulit dibedakan, namun tidak akan mempengaruhi analisa pada
proses adsorbsi. Absorpsi adalah proses adhesi yang terjadi pada permukaan
suatu zat padat atau cair yang berkontak dengan media lainnya, sehingga
menghasilkan akumulasi atau bertambahnya konsentrasi molekul – molekul (Anonim,
2008).
Ada empat tipe
persamaan yang digunakan untuk menguraikan penjerapan isoterm yaitu:
1.
Persamaan Langmuir
2.
Persamaan Freundlich
3.
Persamaan BET (Brunauer, Emmet dan Teller)
4.
Persamaan Gibbs
Namun perhitungan
penjerapan dari larutan digunakan persamaan Langmuir dan Freundlich karena
persamaan BET dan Gibbs berlaku untuk proses penjerapan terhadap gas (Anonim,
1999).
Gaya yang berperan dalam adsorpsi tergantung pada
sifat dasar kimia permukaan dan struktur spesies teradsorpsi. Suatu efek
elektrostatik yang dapat dilihat engan jelas juga terlibat dalam adsorpsi
ion-ion keatas permukaan zat padat ionik (Day dan Underwood, 2002).
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi
terlarut yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana
terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya.
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Anonim, 2008):
1.
Adsorpsi
fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses
bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih
besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang
terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
2.
Adsorpsi
kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorpsi.
Peristiwa
adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul dipermukaan adsorbens.
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi, karena
pada absorpsi zat yang diserap masuk kedalam absorbens, misalnya absorpsi air
oleh sponge atau uap air oleh CaCl2 anhidrous. Pada adsorpsi zat
terlarut oleh zat padat, arang merupakan absorbens yang paling banyak digunakan
untuk menyerap zat-zat dalam larutan. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk
menghasilkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan zat dalam larutan, mirip
dengan penyerapan gas oleh zat padat. Penyerapan bersifat selektif, yang
diserap hanya zat terlarut bukan pelarut. Bila dalam larutan ada dua zat atau
lebih, zat yang satu akan diserap lebih kuat dari zat yang lain. Zat-zat yang
dapat menurunkan tegangan muka antara, lebih kuat diserap. Makin kompleks zat
yang terlarut, makin kuat diserap oleh adsorbens (Sukardjo, 1984).
Isoterm yang menggambarkan suatu keseimbangan
adsorpsi biasanya tidak linier. Banyak sistem mengikuti persamaan Freundlich,
sekurang-kurangnya jika konsentrasinya tidak terlalu tinggi. Persamaan
Freundlich dapat diberikan dalam bentuk
Cs = K CL1/n. Dimana CS merupakan konsentrasi
zat terlarut yang teradsorpsi pada suatu fasa padat yang berkestimbangan dengan
suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut CL. Satuan yang
biasanya dipakai untuk CS adalah milimol zat terlarut per gram
adsorben, dan untuk CL, molaritas; k dan n adalah konstanta.
Terlihat bahwa jika n=1, persamaan Freundlich direduksi ke bentuk pernyataan
kesetimbangan lain seperti hukum Henry atau hukum distribusi Nernst untuk zat
terlarut di dalam ekstraksi pelarut. Umumnya n>1 dan karena itu grafik CS vs CL
(disebut isotherm adsorpsi). Untuk
mengevaluasi k dan n,
kita dapat mengambil logaritma dari kedua ruas persamaan Freundlich,
menghasilkan
log
CS = log k + (1/n) log CL
Konstanta k dan n adalah hanya untuk sistem yang
diketahui dan tentu saja, hanya untuk temperatur yang ditetapkan saja (Day dan
Underwood, 2002).
Jumlah zat yang dapat diserap oleh
setiap berat adsorbens, tergantung konsentrasi dari zat terlarut. Namun
demikian, bila adsorbens sudah jenuh, konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Persamaan
Freundlich dan Langmuir juga berlaku untuk larutan, hanya tekanan gas diganti
konsentrasi (Sukardjo, 1984):
x/m =
K . Cb
log
x/m =
log k + b log C
C/y = 1/a + C/b.
Persamaan
Langmuir berlaku untuk penjerapan lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan
zat homogen. Persamaan ini menganggap terjadinya suatu kesetimbangan antara
molekul yang dijerap dengan molekul yang masih bebas. Persamaan Langmuir dapat
dituliskan sebagai berikut:
Menurut Freundlich, banyaknya zat
padat yang dijerap oleh sejumlah tertentu penjerap relatif bertambah cepat
dengan bertambahnya konsentrasi, kemudian menjadi lambat jika permukaan
penjerap tertutup oleh molekul gas yang terdapat dalam larutan. Persamaan
Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut (Anonim, 1999):
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorf dan berpori yang
mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon (batubara, kulit kelapa dan sebagainya) atau dari karbon yang
diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada
besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat
besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat karbon aktif. Karena hal tersebut maka
karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Dalam satu gram karbon
aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2,
sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus
berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan
menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam
biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena
itu biasanya karbon aktif dikemas dalam kemasan yang kedap udara (Admin, 2008).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan. Suatu spektrofotometer
tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinu, monokromator, sel
pengabsorpsi untuk larutan sampel
atau blanko dan
suatu alat untuk
mengukur perbedaan absorpsi
antara sampel ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
Langmuir Isotherm: Langmuir (Langmuir 1918) proposed a
theory to describe the adsorption of gas molecules onto metal surfaces.
Langmuir’s model of adsorption depends on the assumption that intermolecular
forces decrease rapidly with distance and consequently predicts the existence
of monolayer coverage of the adsorbate at the outer surface of the adsorbent.
The saturated or monolayer (as Ct ) capacity can be represented by the
expression:
qe = KL.Ce
1+aL.Ce
where qe is solid phase sorbate
concentration at equilibrium (mmol/g), Ce is aqueous phase sorbate
concentration at equilibrium (mmol/L), KL is Langmuir isotherm constant
(L/g), aL is Langmuir isotherm constant (L/mmol) and KL/aL
gives the theoretical monolayer saturation capacity, Q0.
The Langmuir equation is applicable to homogeneous sorption where the sorption
of each sorbate molecule onto the surface has equal sorption activation energy
(Chan, dkk., 2010).
Freundlich Isotherm: The Freundlich (Freundlich 1906) equation is an
empirical equation employed to describe heterogeneous systems, in which it is
characterized by the heterogeneity factor 1/n. When n=1/n, the Freundlich
equation reduces to Henry’s Law. Hence, the empirical equation can be written:
qe
= KF. Ce1/n
where qe is
solid phase sorbate concentration in equilibrium (mmol/g), Ce is liquid
phase sorbate concentration in equilibrium (mmol/L), KF is Freundlich
constant (L/mg1-1/n/g) and 1/n is the heterogeneity factor. This
isotherm is another form of the Langmuir approach for adsorption on an
“amorphous” surface. The amount adsorbed material is the summation of
adsorption on all sites. The Freundlich isotherm is derived by assuming an
exponential decay energy distribution function inserted in to the Langmuir
equation. It describes reversible adsorption and is not restricted to the
formation of the monolayer (Chan, dkk., 2010).
Isoterm Langmuir:
Langmuir (Langmuir 1918) mengusulkan teori untuk menjelaskan adsorpsi molekul
gas ke permukaan
logam. Model adsorpsi Langmuir tergantung pada asumsi bahwa gaya
antarmolekul menurun
cepat dengan
jarak, akibatnya menimbulkan adanya cakupan
adsorbansi monolayer pada luar permukaan
adsorben. Monolayer jenuh
(seperti Ct) kapasitas dapat ditentukan
dengan persamaan:
qe = KL.Ce
1+aL.Ce
dimana qe merupakan konsentrasi sorbat fase
padat
pada kesetimbangan (mmol / g), Ce adalah fase konsentrasi sorbat air pada
kesetimbangan (mmol/L), KL adalah konstanta isoterm Langmuir (L/g),
aL Langmuir isoterm
konstan (L/mmol) dan KL /AL memberikan saturasi kapasitas
monolayer teoritis, Q0. Persamaan Langmuir berlaku untuk penyerapan
homogen di mana serapan dari masing-masing molekul sorbat ke permukaan memiliki
penyerapan energi aktivasi yang sama
(Chan, dkk., 2010).
Isoterm
Freundlich: Persamaan Freundlich
(Freundlich 1906) merupakan
persamaan
empiris digunakan untuk menjelaskan sistem heterogen, di mana ia dicirikan oleh
faktor heterogenitas 1/n. Ketika n = 1/n, persamaan Freundlich menggeser hukum Henry. Oleh karena itu, persamaan
empiris dapat ditulis:
qe
= KF. Ce1/n
dimana qe, konsentrasi sorbat fase padat
dalam kesetimbangan (mmol/g),
Ce adalah konsentrasi sorbat fase cair dalam kesetimbangan (mmol/L), KF
adalah Freundlich konstan (L/mg1-1/n/g) dan 1/n adalah faktor heterogenitas. isoterm Ini merupakan bentuk lain dari pendekatan Langmuir
untuk adsorpsi pada permukaan yang tak berbentuk. Jumlah material terserap merupakan penjumlahan adsorpsi. Isoterm Freundlich diperoleh dengan mengasumsikan
suatu energi peluruhan fungsi distribusi eksponensial yang dimasukkan kedalam persamaan Langmuir. Hal ini menggambarkan adsorpsi reversibel dan
tidak terbatas hanya pada
pembentukan monolayer (Chan, dkk., 2010).
C.Alat dan bahan
1.Alat
Dalam
percobaan ini alat-alat yangi digunakan antara lain Erlenmeyer 250 mL,Labu
takar 250 mL,Pipet volum 10 mL,Batang pengaduk,Shaker,gelas beker 250
mL,Kuvet,Corong,dan Gelas arloji
2.Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam percobaan ini antara lain Zat warna,Karbon aktif,Kertas
saring,Aluminium foil,dan Sprektonik 2D
D.Cara Kerja
1.Pembuatan
kurva kalibrasi
Dibuat Larutan zat
warna 10 ppm kemudian dibuat larutan standar dengan konsentasi 0,5 ppm, 1 ppm,
2 ppm, 4 ppm, dan 8 ppm masing-masing 50 mL dengan mengencerkan larutan zat
warna 10 ppm setelah itu ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang (λ)
yang sesuai dengan zat warna
2.Adsorpsi isothermal
Dibuat larutan zat warna 100 ppm dengan mengencerkan
zat warna 100 ppm,dibuat larutan dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20
ppm, dan 25 ppm masing-masing 100 mL dibersihkan dan dikeringkan 5 buah
erlemeyer 250 mL,kemudian masing-masing dimasukkan 1 g karbon aktif ditambahkan
100 mL larutan zat warna dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm.
Kelima erlemeyer ditutup menggunakan aluminium foil,kemudian
diaduk menggunakan shaker selama 30
menit Larutan kemudian disaring menggunakan mengunakan kertas saring untuk
memisahkan karbon aktofnya Kemudian diukur absorbansi larutan pada panjang
gelombang (λ) zat warna.
E.Hasil Pengamatan
Dari
hasil pengamatan dapat disajikan data sebagai berikut :
1.
Tabel A
|
|
konsentrasi
|
Absorbansi
|
0,5
|
0,011
|
1
|
0,017
|
2
|
0,023
|
4
|
0,067
|
8
|
0,111
|
konsentrasi
|
Absorbansi
|
5
|
0,098
|
10
|
0,121
|
15
|
0,198
|
20
|
0,247
|
25
|
0,364
|
3.Tabel C
|
||
Massa
|
Konsentrasi
|
Absorbansi
|
1
|
5
|
0,098
|
1
|
10
|
0,121
|
1
|
15
|
0,198
|
1
|
20
|
0,247
|
1
|
25
|
0,364
|
2.Tabel B
4. Isoterm Langmuir
|
|||
Co
|
Ce
|
Qe
|
Ce/Qe
|
5
|
6,89
|
0,189
|
36,45
|
10
|
8,55
|
0,145
|
58,96
|
15
|
14,13
|
0,087
|
162,41
|
20
|
17,68
|
0,232
|
76,2
|
25
|
26,16
|
0,116
|
225,51
|
5. Isoterm Freundlich
|
|
Log Ce
|
Log Qe
|
0,83
|
-0,72
|
0,93
|
-0,83
|
1,15
|
-1,06
|
1,24
|
-0,63
|
1,41
|
-0,93
|
6. Kurva Langmuir
|
|||
Ce
|
Ce/Qe
|
Qe
|
KA
|
6,89
|
36,45
|
0,189
|
72.46
|
8,55
|
58,96
|
0,145
|
|
14,13
|
162,41
|
0,087
|
|
17,68
|
76,2
|
0,232
|
|
26,16
|
225,51
|
0,116
|
7. Kurva Freundlich
|
||
Log Ce
|
Log Qe
|
KA
|
0,83
|
-0,72
|
0.24
|
0,93
|
-0,83
|
|
1,15
|
-1,06
|
|
1,24
|
-0,63
|
|
1,41
|
-0,93
|
8.Grafik
C vs A
9.Grafik
Ce vs Ce/Qe
10.Grafik
Log Ce Vs log Qe
F.Pembahasan
Percobaan
yang berjudul “Isotherm Adsorpsi Zat Warna oleh Karbon Aktif” ini mempunyai
tujuan menentukan
model yang sesuai untuk adsorpsi zat warna oleh karbon aktif dan menghitung
kapasitas adsorpsi oleh karbon aktif. Prinsip percobaan adsorpsi isoterm
didasarkan pada teori freundlich, yaitu banyaknya zat yang diadsorpsi pada
temperatur tetap oleh suatu adsorbanpada percobaan ini tergantung dari
konsentrasi dan kereaktifan adsorbat mengadsorpsi zat-zat tertentu. Percobaan
ini menggunakan adsorpsi fisika karena adanya gaya van der waals antara
adsorben dengan adsorbat yang digunakan sehingga proses adsorpsi hanya terjadi
ada permukaan larutan.
Pertama adalah pembuatan kurva
kalibrasi dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu; 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4
ppm, dan 8 ppm dan didapatkan nilai
adsorbansi berturut-turut sebesar 0.011A,0.017A, 0.023, 0.067A, dan 0.111A.
Dari sini kita bisa membuat kurva kalibrasi yaitu hubungan selanjutnya antara
konsentrasi dan absorbansi. Dan pada percobaan ini persamaan yang didapat
ialah y = 0.0132x + 0.0082 Kemudian
langkah selanjutnya ialah isotermal adsorpsi dengan konsentrasi yang bervariasi
yaitu 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm. Kemudian ditambahkan karbon aktif dan zat warna
dengan konsentrasi berturut-turut 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm, lalu diukur
absorbansinya.
Pada percobaa ini menggunakan
arang aktif karena arang aktif berfungsi sebagai absorben pengotor-pengotor
pada larutan tersebut. Proses adsorpsi dilakukan pada keadaan isoterm
(temperatur tetap) karena temperatur juga dapat berpengaruh dalam adsorpsi,
sehingga untuk memudahkan analisis maka temperatur dibuat tetap. Larutan pada
erlenmeyer di aduk menggunakan shaker agar terjadi pencampuran yang merata
sehingga membantu dalam proses adsorpsi, dengan kata lain, adsorpsi dapat
berjalan lebih cepat.
Campuran yang terbentuk kemudian disaring dengan
kertas saring dengan cara didekantir. Dekantir adalah suatu metode untuk
memisahkan campuran yang penyusunnya berupa cairan dan padatan. Untuk
memudahkan proses dekantir ini digunakan pengaduk saat menuang cairan. Dengan
demikian, cairan tidak mengalir di luar wadah dan dapat terpisah dari padatan
dengan baik. Filtrat yang dihasilkan dari pemisahan inilah yang merupakan
larutan asam asetat murni tanpa pengotor.
Dari hasil percobaan yang tertera dalam tabel hasil
percobaan, dapat dilihat bahwa semakin besar konsetrasi zat terlarut, semakin
besar pula zat terlarut yang dapat teradsorpsi. Zat terlarut yang teradsorpsi
merupakan hasil pengurangan dari larutan asam asetat mula-mula dan larutan asam
asetat setelah ditambah adsorben. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan berat
teradsorpnya. Dari hasil percobaan tersebut kemudian direpresentasikan dalam
bentuk grafik. Grafik yang dibuat adalah grafik isoterm Freundlich dan grafik
isoterm Langmuir. Grafik isoterm Freundlich menggambarkan hubungan logaritmik
antara berat adsorbat dalam adsorben dengan konsentrasi larutan asam asetat
setelah peristiwa adsorpsi. Dari grafik yang telah digambar, diketahui bahwa
kurva menunjukkan model linier dengan nilai linieritas R² = 0.076. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Freundlich mengenai nilai K yang mengindikasikan kapasitas
serapan. Semakin besar luas permukaan suatu adsorben, maka semakin besar pula
harga intersep K. Dilihat dari nilai R2 yang dihasilkan menunjukan
nilai yang kurang/mendekati 1, maka itu menunjukkan bahwa percobaan
ini sudah mendekati dengan teori.
Grafik yang kedua adalah grafik isoterm Langmuir yang
menggambarkan hubungan konsentrasi larutan terhadap adsorpsi. Dari grafik yang
telah digambar, diketahui bahwa kurva menunjukkan model linier dengan nilai
linieritas R² =0.980 . Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan pada teori
adsorpsi isoterm Langmuir yang menggambarkan bahwa pada permukaan adsorben
terdapat sejumlah situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan adsorben.
Artinya, semakin besar permukaan adsorbennya, maka akan semakin besar daya
adsorpsinya. Dilihat dari nilai R2 yang dihasilkan menunjukan nilai
yang kurang/mendekati 1, maka itu menunjukkan bahwa percobaan ini sudah
mendekati dengan teori.
G.Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan
bahwa model yang
paling sesuai untuk adsorpsi zat warna dari karbon aktif adalah model adsorpsi
Langmuir di karnakan nilainya yang paling mendekati angka 1 di bandingkan
dengan adsorpsi Freundlich dan kapasitas adsorpsi Freundlich ,KA=0.24 dan
kapasitas adsorpsi langmuir ,KA=.72.46
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
1999, Bab II Tinjauan
Pustaka(online), http://digilib.ubaya.ac.id/
skripsi/farmasi/F_639_1920036/F_639_Bab%20II.pdf, diakses
pada tanggal 22 Oktober 21.00 wita.
Atkins,
P. W. 1997. Kimia Fisika Jilid 2.
Erlangga:Jakarta.
Chan, L. S.,
Cheung, W. H., Allen, S. J.
dan Mckay, G. 2010 . Adsorption Of Basic
Dyes By Activated Carbon From Waste Bamboo(online), http://archivos.labcontrol.cl/wcce8/offline/techsched/manuscripts%5Cl4iuz8.pdf, diakses pada tanggal 19 Oktober 2010 pukul
20.23 wita.
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga:Jakarta.
Khopkar, S. M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press:Jakarta.
Sukardjo.1984. Kimia Anorganik. Bina aksara:Yogyakarta.
Taba, P. Zakir, M. dan Fauziah, S. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Fisika., Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Makassar.
0 komentar:
Posting Komentar